🌍
BimbinganIslam.com
Senin, 13 Jumādal Ūlā 1437 H / 22 Februari 2016 M
👤
Ustadz Firanda Andirja, MA
📗
Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊
Hadits 01| Hasad (bagian 2)
⬇ Download audio: https://goo.gl/zn5CEG
~~~~~~~~~~~~~~
HASAD (BAGIAN 2)
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام
على رسول الله
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,
Kita masih lanjutkan hadits yang pertama tentang bahaya
hasad.
Telah kita sebutkan perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahullāhu
Ta'ālā bahwasanya:
لا يخل جسد
من حسد ولكن الكريم
يخفيه واللئيم يبديه
"Tidak ada jasad yang selamat dari hasad, akan tetapi
orang yang baik menyembunyikannya dan orang yang buruk menampakkannya."
Ini benar, hampir tidak ada seorangpun.
Hampir bisa kita katakan bahwa hati kita sulit selamat dari
hasad.
Kita hasad kepada orang yang memiliki kenikmatan yang sama
seperti kita.
Misalnya:
▪️Seorang
dokter akan hasad kepada dokter yang lain.
▪️Yang
punya toko akan hasad kepada yang punya toko yang lain.
==>Dokter tidak hasad kepada orang yang punya supermarket
meskipun yang punya supermarket kaya raya, tapi dokter biasanya hasad kepada
dokter yang sama, sesama profesi dokter.
==> Yang punya supermarket akan hasad kepada yang punya
supermarket juga karena satu profesi.
▪️Bahkan
tukang becak mungkin hasad kepada tukang becak yang lain.
▪️Demikian
juga dengan ustadz akan hasad kepada ustadz yang lain.
==> Ustadz, dia tidak hasad kepada orang kaya, dia tidak
hasad kepada yang memiliki profesi yang lain.
Jadi seprofesi biasanya ada saling hasad diantara mereka.
Kalau sudah muncul hasad dalam diri kita apakah kita
berdosa?
Jawabannya: "Ya."
Kita berdosa kalau kita:
✖️membiarkannya
bercokol dalam dada kita dan
✖️kita
merawatnya
✖️bahkan
mengembangkannya dalam dada kita.
Jadi kita berdosa karena hasad adalah penyakit hati.
Akan tetapi kalau kita:
☑️
berusaha melawan,
☑️ tidak
suka dengan hasad tersebut,
☑️ benci
dengan hasad tersebut,
maka kita tidak berdosa.
Caranya bagaimana?
🔗Pertama,
kita harus benci hasad yang muncul dalam diri kita.
🔗Yang
kedua, kita tidak menampakkan cerminan dari hasad tersebut.
Oleh karenanya, Ibnu Qayyim rahimahullāhu tatkala
menafsirkan firman Allāh:
وَمِنْ
شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
"Aku berlindung kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dari
keburukan orang yang hasad tatkala dia sedang hasad."
(QS AlFalaq: 5)
Kata beliau:
لأن الرجل قد يكون
عنده حسد، ولكن يخفيه
ولا يظهر عليه بوجهه،
ولا بقلبه ولا بلسانه
ولا بيده
"Ini menunjukkan bahwa bisa jadi tatkala timbul hasad
dalam diri seseorang, dia sembunyikan dan tidak nampak hasadnya tersebut di
wajahnya, tidak nampak hasad tersebut dihatinya, tidak nampak hasad tersebut
dilisannya dan tidak nampak hasad tersebut dalam tangannya."
Artinya, dia berusaha menahan dan dia tidak menunjukkan
cerminan dari hasad tersebut, maka orang ini tidak berdosa.
Kata beliau:
فهذا لا يكاد يخلو
منه أحد إلا من
عصمه الله.
"Akan tetapi ini sangat sulit, hampir-hampir tidak ada
orang seperti ini, kecuali orang yang dirahmati oleh Allāh, dijaga oleh
Allāh."
Kebanyakan orang kalau sudah hasad, maka dia akan
mencerminkan, mengekspresikan hasad tersebut dalam wajahnya atau dalam
tangannya dan lisannya.
Kemudian dia menzhalimi saudaranya yang sedang dia hasad-i.
Oleh karenanya, jika kita terkena hasad, kita harus
berusaha:
☑️
Melawan hasad tersebut, kemudian kita berusaha memuji orang yang sedang kita
hasad-i tersebut.
☑️
Melawan hasad kita dengan kita puji orang tersebut, yang kita dengki sama dia,
bahkan
☑️
Memberikan hadiah kepada dia.
☑️
Menyebutkan kebaikan-kebaikan dia, kita berusaha nelpon dia jika misalnya kita
bersahabat dengan dia.
Sehingga hilanglah hasad tersebut dari diri kita.
✅Terkadang,
kalau kita sudah kenal maka kita tidak jadi hasad.
✅Terkadang,
kalau kita sudah bergaul, sudah ngobrol, hasad tersebut menjadi hilang.
❌Tetapi
kalau kita pendam, maka setan akan berusaha membesarkan hasad tersebut.
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,
Maka, kita berlindung kepada Allāh dari bahaya hasad yang
bisa akhirnya menghancurkan kebaikan-kebaikan yang kita miliki di akhirat
kelak, yaitu tatkala kita mentransfer kebaikan kita kepada orang yang kita
hasad-i.
Diantara hal yang memudahkan kita untuk menghilangkan hasad
yaitu ingatlah bahwasanya kalau seorang sudah terkena hasad yang rugi yang
pertama adalah dirinya sendiri.
Kalau kita dengki dengan orang lain sehingga ingin orang
lain tersebut terkena musibah, sebenarnya musibah yang pertama adalah yang
menimpa diri kita.
Kenapa?
Kita benci, adanya kedongkolan, adanya hasad dalam jiwa kita
itu adalah musibah tersendiri.
Hati jadi gelisah, tidak tenang, selalu dongkol, benci,
berangan-angan agar orang yang kita hasad-i celaka.
Belum tentu orang yang kita hasad-i celaka, bahkan bisa jadi
orang yang kita hasad-i tersebut semakin mendapat nikmat dari Allāh, semakin
berkembang, semakin kaya, semakin didengar, dakwahnya semakin bagus dan
macam-macamnya.
Oleh karenanya, seorang kalau orang hasad, yang pertama dia
siksa adalah dirinya sendiri.
Maka sungguh merugi orang yang hasad.
Dengan mengetahui bahwasanya orang yang hasad akan menyiksa
dirinya sendiri maka hendaknya di tinggalkan hasad tersebut dan dia lawan hasad
tersebut.
والله أعلمُ بالـصـواب
وبالله
التوفيق
السلام
عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________________
PENDAFTARAN Grup WhatsApp
BIMBINGAN ISLAM Gelombang 5
⏰ WAKTU PENDAFTARAN
Senin, 6 Jumadil Awal 1437H
/ 15 Februari 2016M
sampai dengan
Ahad, 29 Jumadil Awal 1437H
/ 9 Maret 2016M
🌐 LINK PENDAFTARAN
Pendaftaran dapat dilakukan melalui link:
http://BimbinganIslam.com/PendaftaranAnggota
🔓 PEMBUKAAN GRUP
Ahad, 11 Jumadil Akhir 1437H / 21 Maret 2016M