🌍
BimbinganIslam.com
Jum'at, 03 Muharram 1437 / 16 Oktober 2015
👤
Ustadz Fauzan ST, MA
📗
Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt
🔊
Kajian 32 | Syarat Wajib Shalāt
Download Audio:
~~~~~~~~~
MATAN KITAB
(فصل) وشرائط وجوب الصلاة
ثلاثة أشياء الإسلام والبلوغ
والعقل وهو حد التكليف.
Syarat wajibnya shalat ada 3 (tiga) perkara yaitu:
-1- Islam
-2- Akil baligh (dewasa)
-3- Berakal sehat
Dan itu adalah batas mulainya kewajiban (taklif).
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام
عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام
على رسول الله و
بعد.
Para Sahabat Bimbingan Islam yang dirahmati Allāh Ta'āla,
kita lanjutkan pada halaqah yang ke-32 tentang "Syarat Wajib Shalāt"
قال المصنف رحمه الله:
Berkata Penulis rahimahullāh:
((وشرائط
وجوب الصلاة ثلاثة أشياء))
((Dan syarat wajibnya shalāt ada 3 perkara))
الإسلام
والبلوغ والعقل وهو حد
التكليف
((Islam, bulūgh/bāligh, 'aql dan itu adalah taklīf))
APA ITU SYARAT?
الشرط هو: ما يلزم
من عدمه عدم المشروط
ولا يلزم من وجوده
عدم ولا وجود لذاته
"Syarat adalah sesuatu yang jika syarat tersebut tidak
ada maka pasti yang disyaratkan tidak ada. Dan tidak mesti jika ada syarat yang
dipersyaratkan itu harus ada atau harus tidak ada."
• Misalnya kewajiban shalāt.
>> Kewajiban shalāt tidak akan ada jika syaratnya
tidak ada, yaitu misalnya akal. Jika tidak ada akal maka kewajiban shalātpun
tidak ada.
>> Misalnya, jika seseorang memiliki akal maka tidak
mesti shalat itu menjadi wajib atau tidak menjadi wajib atau shalāt itu mesti
ada atau tidak ada.
Yang jelas, shalāt menjadi wajib jika terpenuhi 3 syarat;
● Syarat ⑴: Islam
Seseorang yang belum masuk Islam (bukan seorang yang Muslim)
maka shalāt tidaklah wajib bagi dia.
Dalil:
Hadīts Ibnu 'Abbās manakala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi
wa sallam mengutus Mu'ādz bin Jabbal radhiyallāhu Ta'āla 'anhu ke negeri Yamān.
Beliau berkata,
ادْعُهُمْ
إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ
اللَّهِ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا
كَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدِافْتَرَضَ
عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي
كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ (رواه
البخاري ومسلم)
"Serulah/ajaklah mereka untuk mengucapkan syahādat Lā
ilāha illallāh (tidak ada Ilah selain Allāh) dan menyaksikan bahwasanya saya
adalah utusan Allāh. Apabila mereka menta'atimu akan hal itu maka
beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah
mewajibkan atas mereka shalāt 5 waktu satu hari satu malam." (HR Bukhāri dan Muslim)
● Syarat ⑵: Bulūgh atau Bāligh
Bāligh secara istilah,
انتهاء حد الصغر في
الإنسان ليكون أهلا للتكاليف
الشرعية
"Batas akhir umur kanak-kanak dan mulai masuk pada fase
taklīf, fase mulai dibebani hukum-hukum syari'āt."
KAPAN SESEORANG DIKATAKAN BĀLIGH?
Disana ada beberapa alamat (tanda) yang disebutkan oleh para
ulama,
⑴ Apabila seseorang telah mimpi basah (ihtilām) yaitu
keluarnya mani pada saat mimpi baik pada laki-laki maupun pada wanita.
Pada saat ini maka seorang dia bāligh walaupun umurnya dia
masih di bawah umur 10 tahun atau di atas umur 10 tahun & dibawah 15 tahun.
Dalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
bersabda tatkala menjelaskan pena diangkat dari 3 kelompok orang, diantaranya
Beliau sebutkan,
وَعَنِ
الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ
"Dan dari anak kecil sampai dia ihtilām." (HR Abū Dāwūd no. 4403)
>> Yaitu sampai dia mencapai bāligh
⑵ Tumbuh rambut disekitar kemaluannya.
Berdasarkan hadīts yang mengisahkan tentang Sa'ad bin
Mua'ādz tatkala beliau memberi hukuman kepada Bani Quraizhah yang diriwayatkan
oleh Ash-hābus Sunān.
Maka yang telah tumbuh rambut kemaluannya dikategorikan
bāligh dan termasuk dikelompokkan orang-orang yang dihukum.
Namun para ulama berbeda pendapat apakah tumbuhnya rambut di
sekitar kemaluan menjadi standar bāligh atau tidak.
Tanda yang ke-3 yaitu,
⑶ Mencapai umur 15 tahun bila belum ada tanda-tanda yang
lain.
Ini adalah pendapat jumhūr (mayoritas) para ulama,
diantaranya Syāfi'īyyah dan juga Hanābilah.
Kemudian, tanda-tanda yang khusus bagi wanita yang ke-4
adalah,
⑷ Hāidh
Apabila seseorang telah hāidh maka dia telah bāligh walaupun
umurnya masih 9 tahun.
Berdasarkan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam,
لا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاةَ حَائِضٍ إِلاَّ
بِخِمَارٍ
"Allāh tidak menerima shalāt orang yang hāidh (orang
yang telah bāligh dari kalangan wanita), kecuali dengan penutup kepala (yaitu
dengan menutup aurat)." (HR Abū Dāwūd dan Tirmidzi)
Tanda ke-5 yang khusus bagi wanita yaitu,
⑸ Hamil
Ini juga terkait dengan ihtilām (keluarnya mani), maka
seseorang yang hamil maka secara otomatis dia masuk kepada sinnul bulūgh (umur
bāligh)
Ada pertanyaan, bolehkah seseorang Muslim yang dia berakal
namun dia belum mencapai umur bulūgh (bāligh), dia menjadi imam shalāt bagi
orang-orang yang telah bāligh?
Para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini.
Jumhūr (mayoritas) ulama dari kalangan Hanafiyyah,
Malikiyyah maupun Hanābilah tidak memperbolehkan seorang anak kecil (belum
bāligh) menjadi imām dalam shalāt fardhu.
Bahkan Hanafiyyah secara mutlak, baik fardhu maupun sunnah
(tetap) tidak boleh.
Namun disana pendapat Syāfi'īyyah mereka membolehkan seorang
anak kecil yang mumayyaz (sampai umur tamyīz) dan belum mencapai umur bulūgh
menjadi imam bagi orang-orang yang telah bāligh.
Dan pendapat ini dirajihkan (dikuatkan) oleh Imām Ibnu Hajar
dan juga dipilih oleh Syaikh BinBāz dan Syaikh 'Utsaimin rahimahumullāh.
Secara ringkas Syaikh Bin Bāz mengatakan bahwasanya yang
lebih afdhal berdasarkan hadīts-hadīts yang ada adalah yang paling baik
hafalannya dan bacaannya.
√ Jika sama maka yang paling mengetahui sunnah.
√ Jika sama maka yang paling dahulu hijrahnya.
√ Jika sama, maka yang paling tua usianya.
Ini diringkaskan dari Majmū' Fatāwa Bin Bāz.
Syarat ⑶: Akal
Seorang yang tidak memiliki akal (tidak berakal) seperti
contohnya orang yang gila, maka tidak wajib baginya untuk shalāt.
Berdasarkan hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,
رُفِعَ
الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّىيَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى
يَحْتَلِمَ، وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى
يَعْقِلَ
"Pena diangkat dari 3 orang; ⑴ orang yang tidur sampai
dia bangun, ⑵
dari anak kecil sampai dia ihtilām (dewasa/bāligh) dan ⑶ dari orang yang gila
sampai dia berakal." (HR Ash-Hābus Sunan)
قال المصنف:
((وهو حد التكليف))
((Dan itu adalah batasan taklīf))
Seseorang yang dia Muslim, bāligh dan memiliki akal maka
tatkala terpenuhi 3 hal ini, dia masuk pada fase taklīf (yaitu fase mulai
dibebankannya perintah-perintah dan larangan-larangan (hukum-hukum) di dalam
syari'at.
Dan ini yang disebut dengan sinnul taklīf (umur mulai
dibebankan hukum-hukum syari'at).
Demikian yang bisa kita sampaikan.
وصلى الله على نبينا
محمد وعلى آله وصحبه
وسلم
وآخر دعونا أن الحمد
لله رب العالمين
و السلام عليكم ورحمة
اللّه وبركاته
----------------------------------------------------