🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 14 Dzulhijjah 1438 H / 05 September 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir Juz 30 | Surat At-Takatsur
📖 Surat At-Takatsur | Bagian 2
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0602
~~~~~
TAFSIR SURAT AT TAKATSUR BAGIAN 2
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أ لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita masih terus membahas tafsir dari Juz'amma dan In syā Allāh kita akan membahas tafsir dari surat At Takātsur.
Allāh buka surat ini dengan firmannya:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
Sungguh at takātsur (sikap saling berbanyak-banyakan) berlomba-lomba dalam banyak-banyakan) telah melalaikan kalian.
Di sini, Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak menyebutkan at takātsur bimadza (sikap banyak-banyakan dalam hal apa), Allāh tidak menyebutkan.
Terlintas dalam benak kita adalah berbanyak-banyakan dalam masalah harta dan inilah yang membuat orang kebanyakan lalai.
Akan tetapi, kata para ahli tafsir, diantaranya Syaikh Abdurahman bin Nashir Sa'di, tatkala al muta'alaq (hal/ perkara dalam berbanyak-banyakan) ini dihilangkan, berarti memberikan faedah keumuman.
Semua perkara yang orang berlomba-lomba untuk berbanyak-banyakan membuat mereka lalai dari akhirat. Membuat mereka lalai dari menyembah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Membuat mereka lalai dari tujuan mereka diciptakan di atas muka bumi ini. Maka termasuk dalam ayat ini.
Bahkan sebagian ulamā menyatakan bahwa hal ini selain mencakup perkara-perkara yang diperlombakan oleh orang-orang di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, juga mencakup perkara-perkara yang diperlombakan di zaman sekarang dan sampai hari kiamat.
Dan banyak perkara yang melalaikan manusia karena mereka saling berlomba-lomba memperbanyak hal-hal tersebut.
Sebenarnya, hal yang diperlombakan untuk berbanyak-banyakan yang dapat melalaikankan disini apa?
Mencari harta itu wajar, manusiawi, dan Allāh tidak pernah melarang seorang mencari harta terutama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, memenuhi kewajibannya (mengurus anak dan istrinya).
Akan tetapi yang menjadi masalah adalah minta tambahan terus.
Kenapa?
Karena melihat yang lain, "Orang itu dapat segitu, saya harus lebih."
Ini yang jadi masalah.
Banyak orang yang hartanya, sudah berkecukupan, tetapi dia tidak pernah puas karena melihat orang lain yang hartanya lebih banyak. Atau anaknya yang lebih banyak atau mobilnya lebih banyak, rumahnya lebih mewah, sehingga dia ingin menyaingi orang tersebut.
Inilah "takātsur" yang menyibukkan dia.
Padahal orang itu sudah ada, sudah cukup, tidak kekurangan, tetapi ketidakpuasan dan sikap ingin menyaingi yang lain atau menyamai yang lain, ini yang mencelakakan manusia.
Dan yang sangat menyedihkan terkadang kita dapati, sebagian kaum muslimin juga berbanyak-banyakan pada perkara-perkara yang tidak ada manfaatnya di akhirat, bahkan di duniapun tidak ada manfaatnya.
Seandainya mereka berbanyak-banyakan dalam perkara dunia yang mungkin ada manfaat duniawi tanpa ada manfaat akhirat masih mending. Yang lebih parah mereka berbanyak-banyakan, berlomba-lomba, untuk banyak-banyakan dalam hal dunia yang tidak ada manfaat dunia dan akhirat.
Contohnya:
√ Berlomba-lomba mengumpulkan perangko, apa faedahnya mengumpulkan perangko?
Mengumpulkan perangko memerlukan waktu dan energi sehingga (mungkin) melupakan shalāt sunnah dan tidak membaca Al Qurān, karena waktunya habis untuk mengumpulkan perangko.
√ Orang yang sudah kaya raya namun dia sibuk mencari mobil model terlama (sekedar pamer), menghabiskan waktu, tidak ada manfaatnya.
Apakah kita diciptakan untuk seperti ini?
Tidak ada manfaatnya dan ini semua akan di tanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada hari kiamat.
Butuh waktu untuk mengumpulkan ini dan itu semua, sehingga melalaikan orang untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan banyak sekali masalah berlomba-lomba ini.
Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
"Alhākumuttakātsur."
(Telah melalaikan sikap kalian yang berlomba-lomba /banyak-banyakan).
Bahkan disebutkan dalam riwayat, bagaimana sebagian orang-orang musyrikin, mereka saling berbangga-bangga dengan mengatakan:
"Di suku kami ada Si Fulān yang hebat, di suku kamu ada tidak?"
Setelah mereka membangga-banggakan orang yang hidup akhirnya mereka membanggakan orang yang sudah meninggal. Mereka pergi ke kuburan, walaupun sudah meninggal tetap mereka bangga-banggakan.
Yang lebih parah sebagaimana disebutkan oleh para ulamā, seperti seperti Al Imām Al Qurtubhi rahimahullāh. Beliau menyebutkan bagaimana orang-orang berlomba-lomba berbangga-banggaan terhadap yang sudah meninggal dunia, yaitu mereka buat kuburan yang tinggi-tinggi, bagus-bagus. Saling membanggakan masalah kuburan.
Apa faedahnya?
Subhānallāh, saya dapat cerita, ada orang yang masuk Islām karena melihat kuburannya Mālik Fahd (raja dari Arab Saudi) yang waktu meninggal dikuburkan sebagaimana manusia yang lain. Hanya membawa kain kafan, dikuburkan dalam kuburan dan tidak ditinggikan kuburannya, sama seperti kuburan-kuburan yang lain.
Demikian yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini, kurang lebihnya mohon maaf.
Wabillāhi taufīq
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته
________◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ; 0811-280-0606 (BIAS CENTER 06
-------------------------------------
0 comments:
Posting Komentar