🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 18 Dzulhijjah 1438 H / 09 September 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir Juz 30 | Surat At-Takatsur
📖 Surat At-Takatsur | Bagian 6
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0606
~~~~~~
TAFSIR SURAT AT TAKATSUR, BAGIAN 6
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أ لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Ikwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita masih terus membahas tafsir dari Juz'Amma dan In syā Allāh kita akan membahas tafsir dari surat At Takatsur.
Kemudiaan Allāh menutup firman-Nya dengan:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
"Sesungguhnya kalian pasti akan ditanya pada hari tersebut tentang kenikmatan yang kalian rasakan."
Ini ayat umum, mencakup segala kenikmatan yang kita rasakan. Kita akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
√ Kesehatan tubuh, akan ditanya apa yang engkau lakukan kesehatanmu?
√ Waktu baik, waktu luang atau waktu sibukmu?
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Ada dua kenikmatan yang manusia terperdaya dengan kedua nikmat tersebut, yaitu kesehatan dan waktu luang." (Hadīts shahīh, Bukhāri nomor 6412)
Dia memiliki waktu yang sehat tapi tidak gunakan untuk beribadah. Padahal nanti akan datang masa tuanya yang sulit bagi dia untuk beribadah (umrah, haji, berjihād).
Tatkala dia masih muda dia lalaikan nikmat tersebut. Dia maunya senang-senang, tidak digunakan untuk beribadah.
Demikian juga waktu luang. Manusia memiliki banyak waktu luang, namun dia lalaikan. Tidak dia gunakan untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebagian ulamā benar-benar bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga menggunakan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sampai-sampai dikatakan bahwasanya Si Fulān ini (salah seorang perawi hadīts), seandainya Malāikat maut datang dia tahu bahwa dia tidak bisa beramal lebih daripada itu.
Kenapa?
Karena seluruh waktunya digunakan untuk beribadah.
Jadi, seandainya dikabarkan kepada dia bahwa Malāikat maut sudah dipintu maka dia tidak bisa lagi menambah lagi ibadahnya, karena semua waktunya sudag digunakan untuk beribadah.
Kita dapati bagaimana para ulamā, mereka benar-benar menggunakan waktu mereka. Dan mereka tahu waktu adalah nikmat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang harus disyukuri.
Sehingga waktu mereka benar-benar untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak ada waktu yang sia-sia.
Sebagian kita sebaliknya, waktu terbuang-buang sehingga ada istilah ingin membunuh waktu karena waktunya terlalu banyak. Inilah orang-orang yang tidak bersyukur dengan nikmat waktu.
Seluruh nikmat akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dalam satu hadīts yang diriwayatkan oleh para ahli hadīts dan disebutkan oleh Alhafizh Ibnu Katsīr rahimahullāh:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمًا عِنْدَ الظَّهِيرَةِ فَرَأَى أَبَا بَكْرٍ جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ ، وَقَالَ : " مَا أَخْرَجَكَ يَا أَبَا بَكْرٍ هَذِهِ السَّاعَةَ ؟ " فَقَالَ : أَخْرَجَنِي الَّذِي أَخْرَجَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ : ثُمَ جَاءَ عُمَرُ ، فَقَالَ : " مَا أَخْرَجَكَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ هَذِهِ السَّاعَةَ ؟ "فَقَالَ : أَخْرَجَنِي الَّذِي أَخْرَجَكُمَا يَا رَسُولَ اللَّهِ .
فَقَعَدَ رَسُولُ اللَّهِ يُحَدِّثُنَا ، ثُمَّ قَالَ : " هَلْ بِكُمَا مِنْ قُوَّةٍ فَتَنْطَلِقَانِ إِلَى هَذَا النَّخْلِ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دُورِ الأَنْصَارِ فَتُصِيبَانِ طَعَامًا وَشَرَابًا وَظِلا إِنْ شَاءَ اللَّهُ " . قُلْنَا : نَعَمْ . قَالَ : فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَانْطَلَقْنَا مَعَهُ ، حَتَّى أَتَى مَنْزِلَ أَبِي الْهَيْثَمِ مَالِكِ بْنِ التَّيِّهَانِ ، فَاسْتَأْذَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاثًا ,
قَالَ : وَأُمُّ الْهَيْثَمِ خَلْفَ الْبَابِ تَسْمَعُ الْكَلامَ ، فَلَمَّا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ الانْصِرَافَ خَرَجَتْ أُمُّ الْهَيْثَمِ تَسْعَى ، فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ وَاللَّهِ سَمِعْتُ تَسْلِيمَكَ , وَلَكِنِّي أَحْبَبْتُ أَنْ نُزَادَ مِنْ كَلامِكَ . فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ خَيْرًا وَدَعَا لَهَا بِخَيْرٍ ،
فَقَالَ : " أَيْنَ أَبُو الْهَيْثَمِ " . قَالَتْ : هُوَ قَرِيبٌ يَأْتِي الآنَ , ذَهَبَ يَسْتَعْذِبُ لَنَا مِنَ الْمَاءِ . قَالَ : فَلَمْ يَلْبِثْ أَنْ جَاءَ أَبُو الْهَيْثَمِ وَمَعَهُ حِمَارُهُ عَلَيْهِ قِرْبَتَانِ مِنَ الْمَاءِ . قَالَ : فَوَضَعَ عَنْ حِمَارِهِ الْمَاءَ وَبَسَطَ لَنَا بِسَاطًا تَحْتَ شَجَرَةٍ . قَالَ : وَصَعَدَ أَبُو الْهَيْثَمِ إِلَى نَخْلَةٍ فَصَرَمَ لَنَا أَعْذَاقًا .
فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ يَقُولُ : " حَسْبُكَ يَا أَبَا الْهَيْثَمِ " . فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْكُلُونَ مِنْ رُطَبِهِ وَتَذْنُوبِهِ وَبُسْرِهِ ، وَقَامَ أَبُو الْهَيْثَمِ إِلَى شَاةٍ لِيَذْبَحَهَا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِيَّاكَ وَاللَّبُونَ ، اذْبَحْ لَنَا عَنَاقًا " . قَالَ : فَأَمَرَ أُمَّ الْهَيْثَمِ فَعَجَنَتْ لَهُمْ عَجِينًا .
قَالَ : وَقَطَّعَ أَبُو الْهَيْثَمِ اللَّحْمَ وَطَبَخَ وَشَوَى لَنَا , وَوَضَعْنَا رُءُوسَنَا فَانْتَبَهْنَا وَقَدْ أُدْرِكَ الطَّعَامُ ، فَأَكَلْنَا وَشَرِبْنَا وَحَمِدْنَا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " هَذَا مِنَ النَّعِيمِ الَّذِي تَسْأَلُونَ عَنْهُ "
Dari Ibnu 'Abbās radhiyallāhu Ta'āla 'anhumma:
Ibnu 'Abbās pernah mendengar Umar bin Khaththāb radhiyallāhu Ta'āla 'anhu berkisah, dia mengatakan:
Suatu saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam keluar diwaktu siang, ternyata di masjid Nabawiy ada Abū Bakar kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada Abū Bakar:
"Wahai, Abū Bakar apa yang membuatmu keluar disiang hari seperti ini?"
Kata Abū Bakar:
"Yang membuat saya keluar adalah apa yang membuat engkau keluar, wahai Rasūlullāh."
((Dalam riwayat lain disebutkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam keluar karena kelaparan dan ternyata dia mendapati Abū Bakar di masjid Nabawiy juga telah keluar lebih dulu dan karena kelaparan)).
Kemudian datang 'Umar bin Khaththāb, maka mereka bertanya kepada 'Ummar:
"Apa yang membuat engkau keluar wahai Ummar?"
Jawab 'Ummar bin Khaththāb:
"Yang membuat saya keluar adalah apa yang membuat kalian berdua keluar (sama-sama lapar)."
Maka 'Ummar pun duduk, kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berbicara dengan Abū Bakar dan 'Ummar kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:
"Kalian masih kuat? mari kita jalan, ada seorang Anshār yang memiliki kebun kita minta makan disana."
((Bayangkan, ini 3 orang yang dijamin masuk surga! Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah keluar dari rumah karena kelaparan.))
Maka berjalanlah mereka bertiga, sampailah mereka ke rumah Ibnu Atihan Abdil Haitsam seorang shahābat yang dikenal dengan nama Abdul Haitsam Al Anshāry.
Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pun mengetuk pintu rumahnya.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengucapkan salam, tetapi tidak dijawab, sampai 3 kali. Ternyata di dalam rumah ada istrinya Abdul Haitsam (Abdul Haitsam tidak ada dirumah) dan istrinya Abdul Haitsam mendengar salam.
Tatkala Nabi sudah mengucapkan salam 3 kali dan tidak dibalas maka Nabipun pergi.
((Dan ini adalah adab jika memberi salam 3 kali (mengetuk pintu 3 kali) tidak dijawab, berarti tuan rumah tidak ada atau tuan rumah tidak ingin menerima kita, hendaknya kita pergi.))
Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam keluar, kemudian pergilah Ummul Haitsam menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang hendak pergi kemudian dia berkata:
"Yā Rasūlullāh, saya dengar salammu wahai Rasūlullāh tetapi saya ingin engkau memberi salam lebih dari itu (jadi dia ingin dido'akan oleh nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam)."
Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya:
"Di mana suamimu? Saya tidak melihatnya."
Ummul Haitsam berkata:
"Dia sedang mencari air buat saya, masuklah kalian, istirahatlah tunggulah sampai suamiku datang."
Maka istrinyapun menyiapkan semacam karpet (tikar) untuk diduduki oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Abū Bakar dan 'Umar sampai akhirnya datanglah Abdul Haitsam.
Abdul Haitsam sangat gembira tatkala melihat ada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Abū Bakar dan 'Umar, lalu diapun segera memanjat pohon kurma kemudian dia mengambil buah kurma langsung dengan tangkainya dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diminta memilih sendiri.
Kemudian dia berkata:
"Yā Rasūlullāh, silahkan makan ruthabnya."
Setelah Rasūlullāh makan, kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pun berkata:
"Makan kurma ini termasuk kenikmatan yang kalian akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(Riwayat AlHakim dalam Mustadraknya)
Bahkan dalam riwayat disebutkan air putih, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam makan kurma kemudian diberi air putih.
Sampai Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
"Ini adalah kenikmatan yang kalian akan ditanya oleh Allāh pada hari kiamat."
Sebagian shahābat mengatakan:
"Yā Rasūlullāh apakah kurma dan air putih akan ditanya?"
Pikiran sebagian shahābat yang akan ditanya adalah kenikmatan yang besar seperti rumah, tunggangan (unta). Ternyata kurma yang dimakan dan air minum yang diminum juga akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
"Kemana engkau gunakan nikmat tersebut?"
Oleh karenanya ayat yang tadi kita sebutkan:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
"Sungguh-sungguh, benar-benar kalian akan ditanya kenikmatan yang kalian rasakan."
"Sungguh-sungguh benar," disitu berisi penekanan.
Lam disitu adalah ل taukid, ن nya juga ن taukid.
Oleh karenanya sejak sekarang kita siapkan jawaban. Karena setiap kenikmatan yang kita rasakan akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan 2 pertanyaan.
⑴ Dari mana kau dapatkan?
⑵ Kemana dia habiskan?
Dua pertanyaan yang akan ditanya dari seluruh harta yang kita dapatkan. Pertanyaan yang detail atas seluruh harta yang kita miliki.
Jangankan mobil atau rumah, setangkai kurma yang kita makan, segelas air minum yang kita minum akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pertanyaan pertama: Dari mana kau dapatkan?
⇒ Pertanyaan ini saja sudah banyak menghancurkan banyak manusia.
Orang-orang yang mencari harta dengan harta yang harām, riba, mendzalimi orang lain, menipu orang-orang bodoh, dia sudah hancur dengan pertanyaan ini.
Dan sungguh celaka, sungguh celaka orang-orang yang mendapatkan harta dengan cara tidak halal (korupsi). Apalagi harta tersebut berkaitan dengan kepentingan banyak orang.
Saya tidak bisa bayangkan bagaimana seorang yang korupsi. Membuat jalan kemudian dia korupsi jalan tersebut, sehingga jalan tersebut rusak dan yang merasakan kerusakan tersebut entah berapa ribu mobil. Mereka semua akan menuntut kepada orang yang mengkorupsi pembuatan jalan ini.
Kalau dia selamat dari pertanyaan pertama, ternyata harta dia adalah harta yang halal maka pertanyaan kedua juga mematikan.
Pertanyaan kedua: Kemana engkau habiskan hartamu tersebut?
Ini juga tidak mudah. Digunakan untuk foya-foya, jalan-jalan ke negara kāfir, membeli sesuatu yang tidak perlu. Ini semua akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
√ Apakah engkau gunakan untuk bertaqwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla?
√ Untuk ketaatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla?
Apakah engkau tidak malu punya rumah begitu mewah sementara masih banyak orang yang kelaparan?
Lihat disekitarmu orang-orang dalam keadaan miskin!
Ini semua akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan setiap kita harus menyiapkan jawaban.
Demikianlah tafsir dari surat Alhākumuttakātsur.
In syā Allāh besok kita lanjutkan tafsir surat yang lain.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ; 0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)
-------------------------------------
0 comments:
Posting Komentar