Radio Rodja Live

Server Indonesia High Quality

Jeda Rodja Only

kesalahan dalam Adzan

Bagaimana Mengimani Nabi ﷺ Bagian 02

by Rory Rachmad  |  in Tematik at  18 Oktober

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 20 Muharam 1439 H / 10 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Dr. Sufyan Baswedan, Lc MA
📗 Safari Dakwah | Bagaimana Mengimani Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam  (Bagian 02 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-SB-BagaimanaMengimāniNabi-02
~~~~

BAGAIMANA MENGIMANI NABI ﷺ? (BAGIAN 2 DARI 6)


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ، وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، ونستهديه، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ  من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلن تجد له وليّاً مرشداً، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الذي قد بلّغ الرسالة وأدى الأمانة , ونصح الأمة , وجاهد في الله حق جهاده حتى أتاه اليقين , صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم أجمعين


Ayyuhal Ikhwāh wa akhawāt.

Konsekuensi dari mempercayai bahwasanya Beliau adalah nabi atau rasūl, adalah:

⑴ Risalah beliau atau nubuwatnya, ajaran yang beliau sampaikan kepada umatnya ini, bersifat umum (universal). Berlaku untuk semua orang termasuk berlaku juga untuk jinn, sejak Beliau diutus menjadi nabi sampai hari kiamat.

Adapun yang sebelum Beliau diutus maka belum terkena aturan beliau. Semenjak beliau diutus menjadi nabi dan rasūl maka ajaran yang Beliau bawa ini sifatnya berlaku untuk semua orang.

Konsekuensinya, tidak ada seorangpun sejak diutusnya Beliau sampai hari kiamat yang boleh terlepas dari ajaran Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) dengan alasan apapun.

Dan ini ditegaskan dalam Al Qur'ān maupun dalam sunnah. Salah satu ayat yang mengatakan bahwasanya risalah Beliau itu bersifat universal adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam surat Al Anbiyyā' ayat ke-107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semesta."

⇒ Allāh menyebutkan objek dari risalah Beliau yaitu rahmat bagi alam semesta.

Alam disini meliputi alam manusia, alam jin, alam binatang, alam benda mati. Ini semua terkena pengaruh atau merupakan objek dari risalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Juga ditegaskan di dalam surat Saba' ayat 28:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

"Kami tidak mengutusmu kecuali untuk semua orang," kita percayakan ini sebagai wahyu Allāh yang disampaikan melalui lisan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kepercayaan ini tidak akan ada gunanya kalau tidak dibarengi dengan konsekuensi. Ini yang penting.

Konsekuensinya apa?

Konsekuensinya, kalau ada orang mengaku dirinya boleh terlepas dari ajaran Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berarti siapa yang berdusta?

⇒ Yang berdusta adalah orang tersebut dan kita harus anggap orang ini kāfir karena tidak percaya dengan ayat itu.

Allāh mengatakan bahwa semuanya kena, tapi dia bilang, "Tidak, kalau saya sudah sampai ke maqām tertentu saya bisa terlepas dari ajaran-ajaran itu. Dan saya tidak harus shalāt sebagaimana orang awam, saya tidak harus puasa sebagaimana puasanya orang awam, saya tidak harus jum'atan sebagaimana jum'atannya orang awam, jum'atan saya di Mekkah."

Kok percaya, padahal selisih waktunya 4 jam di sini sudah masuk waktu shalāt jum'at di sana (Mekkah) masih waktu dhuha, maka tidak sah bila orang tersebut jum'atan.

Ini adalah konsekuensi. Kalau tidak mau terikat dengan konsekuensinya tidak ada maknanya kesaksian itu.

Tidak bisa jika orang mempercayai Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian ketika ada seseorang yang mengklaim sesuatu yang bertabrakan dengan apa yang disampaikan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kita anggap dia benar, tidak bisa.

Salah satu mesti yang benar, yang benar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam atau orang itu.

Kalau membenarkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berarti harus mendustakan orang itu. Kalau membenarkan orang itu berarti mendustakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Tidak bisa bertemu dua hal yang bertolak belakang.

Jadi, dari konsekuensi yang pertama sudah terlihat siapa orang yang berimān dan siapa orang yang mengaku berimān tetapi sebetulnya tidak berimān.

Dalīl lainya silahkan di lihat Al Furqān ayat 1 dan Al 'Arāf ayat 158, itu semua menekankan bahwa risalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersifat menyeluruh.

Dalīl dari hadīts, ada sebuah hadīts (hadīts shahīh) yang cukup populer, bahwa suatu ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat 'Umar bin Khaththāb radhiyallāhu 'anhu menyembunyikan secarik/selembar kertas yang merupakan bagian dari kitāb Taurāt.

Sepertinya beliau penasaran dengan apa yang terdapat kitāb Taurāt tersebut. Lalu 'Umar ketahuan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan beliau ditegur oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya:

"Kenapa masih penasaran dengan kitāb yang sudah diamandemen (dianulir) dan sudah tidak berlaku lagi sejak diutusnya aku?"

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ مَا حَلَّ لَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي

“Jika Musa hidup di tengah-tengah kalian, tidaklah halal baginya kecuali harus mengikutiku.”

(HR Ahmad nomor 14104)

Jangankan kitābnya, kitab yang sudah mengalami distorsi berdasarkan nash Al Qur'ān sudah dicap bahwasanya kitāb Taurāt dan Injīl sudah mengalami distorsi.

مِّنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ ........

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya, mereka berkata:

"Kami mendengar tetapi kami tidak mau menurutinya."

Dan dengarlah, ........” (QS An Nisā 46)

Jelas Allāh menyebutkan, Allāh tidak menjaga kitāb- Nya selain Al Qur'ān,. Kitāb-kitāb lain terkena tangan-tangan jahil manusia.

Andai nabinya saja, kalau kitābnya kena distorsi, nabinya kan tidak kena distorsi?
nabinya tidak mungkin diselewengkan.

"Andai nabinya ini hidup ditengah-tengah kalian,  maka dia tidak punya pilihan lain untuk selamat kecuali menjadi pengikut Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."

Kenapa ada orang lain yang pangkatnya bukan nabi, shahābat juga bukan, tābi'in bukan, tābi'in-tābi'in bukan, tidak jelas darimana, mengaku-ngaku dia boleh terlepas dari ajaran islām.

Gelar yang paling tepat untuk orang seperti ini adalah khadzdzab (pendusta).

Dan kita harus yakin bahwa dia adalah seorang pendusta.

• Yang kedua | Konsekuensi adalah bahwa beliau adalah penutup para nabi, bukan hanya mengimāni Beliau sebagai nabi tetapi beliau sebagai penutup para nabi, tidak ada nabi setelahnya.

Tidak ada nabi setelahnya otomatis tidak ada rasūl, karena semua rasūl adalah nabi, tetapi tidak semua nabi adalah rasūl.

⇒ Nabi yang membawa risalah/syari'at baru berarti dia rasūl.

Tetapi bila hanya melanjutkan yang ada sebelumnya berarti dia hanya nabi.

Otomatis ketika dibilang penutup para nabi, maka rasūl tidak mungkin ada lagi.

Ada konsekuensinya tidak keyakinan ini?

Harus ada konsekuensinya.

Kalau ada yang mengaku nabi setelah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam apa hukumnya?

⇒ Hukumnya pendusta dia.

Kalau ada orang yang percaya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam itu nabi dan Mirza Ghulam Ahmad juga nabi, maka muslim atau kāfir?

⇒ Jelas statusnya, tidak boleh dia mengaku orang islām.

Yang menganggap dia sebagai orang Islām konsekuensinya dia harus percaya dengan ayat:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

"Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allāh dan penutup para nabi. Dan Allāh Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS Al;Ahzāb: 40)

Muhammad adalah penutup para nabi, artinya tidak ada lagi nabi setelah beliau. Ditutup, diakhiri, kenabian dengan diutusnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Setelah beliau meninggal maka tidak ada nabi. Kalau ada orang yang mengatakan ada nabi lain setelah Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam berarti orang tersebut telah mendustakan ayat ini.

Mendustakan satu ayat itu sama dengan mendustakan semuanya, jadi harus tegas dalam masalah-masalah seperti ini.

Ini aqidah, ini imān, modal dasar kita untuk selamat dunia akhirat. Tidak boleh ada toleransi dalam masalah keimānan.

Dalam masalah keyakinan tidak ada toleransi, kalau muamalah ada toleransi. Karena menoleransi orang yang meyakini adanya nabi setelah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berarti membenarkan kekāfiran. Menganggap benar orang yang punya keyakinan yang kufur, kufur akbar, ini berat juga konsekuensinya.

Dalīlnya dari surat Al Ahzāb ayat 40 di atas, didukung dengan hadīts muttafaqun 'alaih yang diriwayatkan oleh Imām Muslim, beliau menyerupakan posisi beliau:

مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا فَأَتَمَّهَا وَأَكْمَلَهَا إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَدْخُلُونَهَا وَيَتَعَجَّبُونَ مِنْهَا وَيَقُولُونَ لَوْلَا مَوْضِعُ اللَّبِنَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَنَا مَوْضِعُ اللَّبِنَةِ جِئْتُ فَخَتَمْتُ الْأَنْبِيَاءَ

Perumpamaanku dengan Nabi-nabi sebelumku adalah seperti orang membangun rumah, lalu disempurnakannya buatannya, kecuali sebuah sudut (belum terpasang) dengan sebuah bata.

Maka masuklah orang banyak ke rumah itu. Mereka mulai kagum akan keindahannya. Lalu mereka berkata:

"Seadainya batu di sini sudah dipasang tentu bangunan ini menjadi lebih sempurna."

Kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

"Maka akulah yang meletakkan atau memasang bata itu, aku datang sebagai Nabi terakhir." (HR Muslim nomor 4240, versi Syarh Muslim nomor 2287)

Ini menunjukkan bahwasanya beliau adalah khātamu nabiyyin.

"Akulah batu bata itu (ibaratnya) dan dengan ku Allāh menutup kenabian."

Jadi mengimāni Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam paling tidak sampai sekarang kita sudah tahu ada dua cakupan, yaitu:

⑴ Risalah beliau berlaku untuk semua orang tidak ada yang terkecualikan.

⑵ Tidak ada nabi lagi setelah beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam).


Wallāhu Ta'āla A'lam.

Wa shallallāhu 'ala nabiyyinā Muhammad wa 'ala ālihi wa shahbihi wa sallam.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_______
◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām

| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA /SMS & Informasi ;  0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)
_____


© 2022 Copy Right Abu Uwais. templates by Blogger
Proudly Powered by Abu Uwais