🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 13 Muharram 1437 H / 26
Oktober 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 02 | Larangan Menjadi Hamba Dunia
⬇ Download Audio:
~~~~~~~~~
LARANGAN MENJADI HAMBA DUNIA
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد
لله والصلاة والسلام على
رسول الله
Kita lanjutkan hadits yang ke-2
dari Bāb Az Zuhd wal Wara'.
وَعَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه
قَالَ: 8قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ
صلى الله عليه و
سلم : "تَعِـسَ عَـبْدُ الدِّيْنَارِ
وَالدِّرْهَـمِ وَالْقَطِـيْفَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ،
وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ
يَرْضَ." أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallāhu
'anhu ia berkata: Rasūlullāh Sallallāhu 'Alayhi Wasallam bersabda:
“Celaka budak dinar dan budak
dirham, dan budak kain qathīfah. Kalau diberikan dunia tersebut
(entah dinar, dirham atau kain yang lembut tersebut) dia senang dan kalau tidak
mendapatkan dunia tersebut diapun tidak rela (marah)." (HR Bukhari)
⇒ Qathīfah adalah kain yang lembut/halus, seperti kain yang terbuat
dari sutra dan ada beludrunya atau semisalnya.
Para ikhwan dan akhwat yang
dirahmati oleh Allãh Subhānahu wa Ta'āla.
Ini adalah ungkapan yang sangat
indah dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Nabi memberitahukan kepada kita
bahwasannya, ternyata, diantara hamba-hamba Allãh, ada yang disebut/dinamakan
oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan nama:
• Hamba dinar
• Hamba dirham
• Hamba al qathīfah (hamba yang
pekerjaannya hanya mencari kain yang indah).
Dan kenapa dinamakan
"hamba"?
Karena benar-benar kehidupan
mereka demi dinar dan dirham.
Benar-benar tujuan kehidupan
mereka adalah untuk mencari dunia semata.
Dan orang seperti ini disebut
oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan تَعِـسَ
(celaka).
Kenapa ?
Karena dia bodoh.
Kehidupan dia ujungnya hanya
ingin mencari dunia.
Dia lupa bahwasannya dunia hanya
sementara dan ada kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
Kenapa dinamakan dengan
"hamba"?
Karena benar-benar dia penyembah
harta, harta yang mengaturnya.
Dia menyangka tatkala
mengumpulkan harta, dia akan menguasai dan mengatur harta tersebut.
Namun pada hakikatnya, sewaktu
mengumpulkan harta tersebut dia sebenarnya sedang menyembah harta.
Kenapa ?
Karena harta yang mengatur
kehidupannya.
Kalau harta mengatakan:
"Kau ingin meraihku, dengan
meninggalkan shalat."
⇒ Maka dia akan meninggalkan
shalat.
"Kau bisa meraihku jika
dengan durhaka kepada orangtua."
⇒ Maka dia akan durhaka kepada
orangtua.
"Kau bisa mendapatkan aku
jika kau memutuskan tali silaturahmi atau bermusuhan dengan sahabatmu."
⇒ Maka dia akan lakukan.
Dan ini adalah para penyembah
harta.
Dan orang-orang seperti ini rela
untuk:
• Ribut dengan orangtua dan
teman,
• Meninggalkan shalat,
• Berbuat zhalim,
demi untuk mendapatkan secercah
dinar dan dirham.
Oleh karenanya, orang seperti ini
kehidupannya diatur oleh harta.
Kalau harta mengatakan:
"Tunda sholat !", maka dia akan tunda shalat
⇒ Dengan demikian berarti:
⑴ Dia penyembah dinar bukan penyembah
Allãh Subhānahu wa Ta'āla.
⑵ Dia menyangka menguasai dinar
padahal dinar yang menguasainya.
⑶ Kehidupan dia orientasinya hanyalah
dunia.
فَإِن أُعْطِيَ رَضِيَ
"Kalau dia diberi harta dia
senang."
⇒ Karena itulah yang dia cari.
وَإِنْ
لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ
"Kalau tidak mendapat harta
(sementara sudah kecapekan mencari harta) maka dia marah."
⇒ Karena orientasinya adalah dunia.
Dan ini sama seperti sifat
orang-orang munafik yang Allãh sebutkan dalam surat At Taubah.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَمِنْهُمْ مَنْيَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا
رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا
مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ
"Diantara mereka ada yang
mencela engkau (wahai muhammad shalallahu alaihi wa sallam) tatkala engkau
membagi-bagikan harta sedekah (zakat).
Kalau mereka diberi (melihat
dari) harta tersebut mereka senang (gembira). Dan jika mereka tidak diberi dari
harta tersebut mereka pun marah." (QS At Taubah: 58)
Orang-orang munafik, mereka
mencela Nabi shallallahu
'alayhi wa sallam dalam pembagian harta.
Mereka mencela Nabi bukan karena
mereka memiliki ide yang lebih bagus dalam masalah pembagian (distribusi),
bukan.
Seseorang mungkin memiliki
distribusi yang jelek sehingga dikatakan, "Bukan begitu caranya, namun ada
cara yang lebih baik."
Sehingga mungkin wajar jika ada
celaan tersebut.
Akan tetapi, ternyata orang-orang
munafiq mencela Nabi bukan karena cara distribusi yang keliru, tetapi karena
mereka tidak dapat bagian.
⇒ Marahnya mereka karena tidak dapat
bagian.
Dan ini terkadang dilakukan oleh
sebagian orang.
Mereka menampakkan kemarahan
(pencelaan) seakan akan karena Allãh, tetapi ternyata bukan, melainkan karena
mereka tidak dapat bagian.
Oleh karenanya, seseorang
hendaknya menjauhkan diri dari sifat-sifat munafik dan berusaha untuk beramal
yang orientasinya bukan dunia tetapi karena Allãh Subhānahu wa Ta'āla.
Bahkan sebagian ulama seperti
Syaikh 'Ali Bassam rahimahullāh menyebutkan:
◆ Jika seorang, misalnya bekerja dalam
kegiatan agama,
⇒ Mungkin dia sebagai ustadz,
muadzdzin, pengajar TPA, penulis buku-buku agama, berdakwah, tugas agama apa
saja.
dan dia mendapat upah/gaji,
kalau dia menjadikan upah/gaji
ini sebagai tujuan utamanya (mengumpulkan harta dengan wasilah agama), maka ini
sangat tercela.
Sesungguhnya dia adalah hamba
dinar dan hamba dirham.
◆ Akan tetapi jika dia menerima upah
tersebut dari kegiatan agama yang dia kerjakan dan hanya sebagai sarana agar
dia bisa:
• Terus beribadah kepada Allãh,
• Memenuhi kebutuhan anak &
istrinya dalam rangka menjalankan ibadah kepada Allãh,
maka ini insyãAllãh sama sekali
tidak tercela, niatnya tulus.
Ingat, asal niatnya harus
disambung, jangan berhenti kepada hanya ingin memiliki dunia, tidak.
Tetapi niatnya harus bersambung
sehingga dunia tersebut hanyalah sebagai sarana untuk:
✓ Bisa terus beribadah kepada Allãh
✓ Menjalankan kewajiban-kewajiban
sebagai hamba di atas muka bumi ini.
Semoga Allãh Subhānahu wa Ta'āla
menjadikan kita hamba Allãh yang hakiki, bukan menjadi hamba dinar, hamba
dirham, hamba dollar, hamba rupiah atau hamba dunia-dunia yang lainnya.
والله
تعالى أعلم بالصواب
السلام
عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________
📦 Donasi Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer :
+628-222-333-4004
📝 Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami
melalui link berikut:
����
http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaranclipboard;🌍 BimbinganIslam.com