🌍
BimbinganIslam.com
Rabu, 23 Dzulhijjah 1436 H / 07
Oktober 2015 M
👤
Ustadz Firanda Andirja, MA
📗
Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊
Pendahuluan: Pengertian Zuhud Dan Wara' (Bagian 2)
⬇ Download audio:
➖➖➖➖➖➖➖
PENGERTIAN ZUHUD DAN WARA'
(BAG.2)
الحمد
لله وكفى والصلاة والسلام على
الرسول المصطفى وعلى آله
وصحبه و من تبعهم
بإحسان إلى يوم الدين
أم بعد
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati
oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pada pertemuan yang lalu kita
telah jelaskan tentang perbedaan zuhud dan wara' menurut sebagian ulama.
Pada pertemuan ini kita jelaskan
perbedaan zuhud dan wara' menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh
Ta'āla yang juga dikuatkan murid beliau yaitu Ibnul Qayyim rahimahullāh Ta'āla.
Apa kata Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullāh Ta'āla?
الزهد ترك الرغبة فيما
لا ينفع في الدار
الآخرة
"Zuhud adalah meninggalkan
sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat."
Adapun Al-Wara' yaitu:
الورع ترك ما قد
يضر في الدار الآخرة
"Wara' artinya meninggalkan
sesuatu yang MUNGKIN memberi kemudharatan di akhirat."
Oleh karenya di sini jelas
berbeda antara zuhud dan wara'.
Zuhud berkaitan dengan perkara
mubahat, perkara yang diperbolehkan.
Perkara ini boleh kita kerjakan
dan kita tidak mendapatkan kemudharatan di dunia dan lebih-lebih di akhirat.
Akan tetapi tidak ada manfaatnya
di akhirat jika di dunia ini kita tempuh, jika kita memilikinya, jika kita
menggunakannya.
Seperti seorang misalnya ingin
memiliki kendaraan berlebihan.
Ini tidak mengapa, uangnya
mungkin milyaran, uang sangat banyak sehingga ia ingin memiliki mobil sampai
lima misalnya.
Tapi ternyata ia hanya memerlukan
2 atau 3 mobil misalnya, yang duanya lagi tidak perlu.
Maka dia berfikir:
"Apakah saya perlu membeli
mobil yang ke empat dan ke lima?"
"Jika tidak ada manfaatnya
di akhirat buat apa saya beli."
Ini namanya zuhud.
Kalau seandainya dia beli mobil
ke empat dan ke lima tsb dia tidak berdosa, tidak jadi masalah, mungkin untuk
aset, atau sesekali digunakan.
Dia tidak mendapatkan
kemudharatan di dunia dan tidak mendapatkan kemudharatan di akhirat.
Tetapi dia tidak mendapatkan
kemanfaatan di akhirat dengan memiliki mobil ke empat dan ke lima tsb.
Maka ini namanya zuhud.
Yaitu, tatkala dia hanya
mencukupkan membeli 3 mobil karena memang dia perlu 3 mobil tsb dan
meninggalkan untuk membeli mobil ke empat dan kelima, padahal dia mampu untuk
beli.
Karena zuhud berkaitan dengan
perkara yang mubah, yang asalnya hukumnya boleh (mubahat) namun dia tinggalkan
karena tidak ada manfaatnya di akhirat.
Inilah zuhud yang sejati.
Jika kita hendak memiliki
sesuatu, melakukan sesuatu atau kita ingin membeli sesuatu maka kita pikirkan:
"Ini bermanfaatkah bagi saya
di akhirat?"
Kalau tidak bermanfaat maka kita
tinggalkan.
Itulah zuhud, itu berarti kita
zuhud.
Seorang misalnya memiliki HP,
kemudian dia membeli lagi HP lagi, selalu update HP yang tebaru.
Thayyib, kalau memang dia perlu
HP tsb, lebih canggih misalnya, karena ada kepentingan tertentu, mungkin agar
dia bisa membuka program -program
tertentu untuk belajar agama misalnya.
Atau keperluan lain, maka tidak
menjadi masalah.
Tapi jika hanya sekedar untuk
bergaya, misalnya dia ingin memiliki HP tsb karena HPnya sudah lama dan kurang
bagus, ingin model baru, thayyib, kita tanya:
"Adakah menfaatnya di
akhirat?"
"Adakah HP ini berkaitan
dengan memberi manfaat di akhirat?"
Kalau tidak ada manfaatnya di
akhirat maka tidak usah beli baru.
Cukup dengan HP yang lama, ini
namanya zuhud.
"Oh, ada manfaatnya Ustadz,
tapi manfaatnya di dunia untuk ini untuk itu."
Ya, kita berbicara tentang zuhud,
berkaitan dengan manfaat di akhirat.
Kalau barang tsb mendatangkan
manfaat di akhirat maka beli, atau lakukan perbuatan tsb, namun jika tidak ada
manfaatnya di akhirat maka tinggalkan.
Ini disebut dengan zuhud.
Berbeda dengan wara'.
Wara' kata Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah:
"Tarku maa qad yadhuuru fii
daaril akhirat."
Meninggalkan sesuatu yang mungkin
memberikan kemudharatan di akhirat kelak.
Maka masalah wara' berkaitan
dengan perkara yang syubhat, terlebih lebih perkara yang haram.
Orang yang melakukan perkara yang
haram jelas akan mendatangkan kemudharatan di akhirat, demikian juga syubhat,
perkara yang syubhat meragukan.
Bisa jadi kalau dia lakukan akam
memberi kemudharatan baginya di akhirat, meskipun tidak pasti.
Oleh karenanya Syaikhul Islam
Ibnu memberikan ibarat:
"Tarku maa qad
yadhuuru,"
Meniggalkan sesuatu yang MUNGKIN
mendatangkan kemudhaharat di akhirat, diantaranya adalah perkara-perkara yang
syubhat.
Oleh karenanya orang yang
meninggalkan perkara yang syubhat dikatakan orang yang wara'.
Dari sini para ikhwan dan akhwat
yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita tahu bahwasanya derajat
zuhud lebih tinggi daripada wara'.
Kenapa?
Zuhud bukan hanya meninggalkan
yang syubhat dan haram, bahkan perkara yang mubah pun dia tinggalkan, perkara
yang bolehpun dia tinggalkan.
Kenapa?
Karena menurut dia tidak ada
manfaatnya di akhirat, maka dia tinggalkan.
Dia ingin bermain-main, misalnya
main sesuatu permainan, permainan ini boleh saja tetapi ada tidak manfaatnya di
akhirat?
Kalau tidak ada manfaatnya dia
tinggalkan, padahal hukumnya boleh.
Oleh karenanya orang yang zuhud
sudah pasti wara' tapi orang yang wara' belum tentu zuhud.
Saya ulangi:
"Orang yang zuhud, jangankan
perkara yang haram, perkara syubhat pun
ditinggalkan, jangankan perkara syubhat, bahkan perkara yang mubah sebagian dia
tigggalkan karena khawatir tidak ada manfaatnya di akhirat."
Adaupun wara', orang yang
meninggalkan sesuatu yang syubhat atau yang haram.
Dari sini kita tahu bahwasanya
zuhud lebih tinggi daripada wara'.
Dan contoh seorang yang zahid dan
wari' adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Beliau meninggalkan perkara yang
syubhat apalagi yang haram.
Dan Beliau juga meninggalkan
perkara-perkara dunia yang sebenarnya boleh Beliau 'alayhi shalatu wa sallam lakukan.
Namun karena beliau zuhud, beliau tidak ingin melakukan suatu perkara
yang tidak bermanfaat di akhirat.
Semoga Allāh menjadikan kita
orang-orang yang zuhud dan wara' meskipun mungkin zuhud dan wara' kita tidak
bisa sebagaimana para salafushshalih akan tetapi kita berusaha untuk meniru
mereka.
والله
تعالى أعلم بالصواب
السلام
عليكم ورحمة اللّه وبركاته
----------------------------------------------------
#BantuDakwahPapua II
🎯
Fokus kegiatan :
1. Akuisisi Radio Swasta Untuk
Dakwah.
2. Program Kaderisasi Da'i
Pribumi.
3. Bina Pesantren.
4. Pembangunan Sarana Ibadah
📦
Salurkan Sedekah dan Infaq anda melalui :
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| Kode Bank 147
Untuk memudahkan pencatatan
laporan donasi
Mohon setelah transfer konfirmasi
📱
SMS ke : 0878-8145-8000
Format konfirmasi :
#BantuDakwahPapua#Nama#Domisili#Tanggal
Transfer#Nominal#
⚠
Contoh:
#BantuDakwahPapua#Sarrah#Solo#31/8/2015#500Rb#