Salah seorang masyaikh menceritakan bahwa salah seorang dari mereka
adalah seorang imam masjid. Syaikh (pencerita) ini menceritakan suatu
kisah tentang imam masjid tersebut. Beliau berkata: sesungguhnya suatu
ketika sang imam ini datang ke masjid (untuk sholat subuh) dan kemudian
dia mendengar suara berisik di dekat pintu masjid. Maka dia keluar untuk
melihat ada apa disitu? Ketika sampai di pintu masjid sang imam ini
melihat seorang lelaki sujud dengan sempurna di dekat sepatu-sepatu dan
sandal-sandal (jamaah masjid) dan terdengar tangisan dari laki-laki ini.
Sang Imam berkata, “Aku heran kepadanya dan aku menyangkanya bahwa
dia mungkin sedang tidak waras, bagaimana tidak, dia sujud ditempat
seperti ini sementara ada tempat yang luas dan bersih di dalam masjid.”
Kemudian kembalilah Sang Imam ke masjid dan tibalah waktu sholat
subuh dan bertakbirlah sang imam dan memulai sholatnya. Kemudian Sang
Imam melanjutkan ceritanya, “Tiba-tiba aku mendengar suara tangisan yang
keras di belakangku, namun demikian tetap kusempurnakan sholat sampai
akhir dan setelah itu aku berpaling ke belakang dan kudapati seorang
lelaki tertelungkup menangis. Aku terheran-heran dan berbagai macam
pertanyaan akan laki-laki ini berkecamuk dalam diriku dan juga muncul
empati kepadanya. Maka kemudian aku mendatanginya dan ketika aku
melihatnya (dari dekat) ternyata dia laki-laki yang sama yang menangis
di dekat pintu masjid di sisi sepatu-sepatu jamaah tadi.
Maka aku sangat terheran-heran dengan perkara lelaki ini maka aku bertanya kepadanya, ada apa dengan mu wahai saudara.. Aku melihatmu sujud di dekat sepatu-sepatu dan sekarang aku melihat mu disini penuh ketundukan kepada Allah.”
Akhirnya lelaki ini menceritakan kisahnya kepadaku, seraya berkata, “Baiklah aku akan ceritakan kisahku… Suatu kali aku mendengar hadis Rasulullah,
Maka aku sangat terheran-heran dengan perkara lelaki ini maka aku bertanya kepadanya, ada apa dengan mu wahai saudara.. Aku melihatmu sujud di dekat sepatu-sepatu dan sekarang aku melihat mu disini penuh ketundukan kepada Allah.”
Akhirnya lelaki ini menceritakan kisahnya kepadaku, seraya berkata, “Baiklah aku akan ceritakan kisahku… Suatu kali aku mendengar hadis Rasulullah,
من صلى لله أربعين يوما في جماعة يدرك التكبيرة الأولى كتبت له براءتان
براءة من النار وبراءة من النفاق ( الترمذي برقم 241 وضعفه الترمذي ، وحسنه
الألباني
“Barang siapa sholat ikhlas kepada Allah selama 40 hari dalam jamaah (di masjid), dia dapati takbir yang pertama (takbiratul ihram),
maka dia akan dituliskan baginya lepas dari dua perkara: Lepas dari
neraka dan lepas dari kemunafikan.” (H.R. At-tirmidzi no. 241 dan
didhaifkan oleh Imam at-tirmidzi dan dihasankan oleh Imam al-Albani).
Maka aku menjadi termenung apakah aku bisa mendapatkan dua hal ini,
lepas dari sifat munafik dan lepas dari neraka??? Hanya dengan menjaga
takbiratul ihram bersama imam selama 40 hari??! Aku akan
bersungguh-sungguh untuk melakukannya dan aku sudah melalui 39 malam,
tidak tersisa kecuali satu malam saja. Akan tetapi pada fajar hari ke-40
aku ketiduran, ketika aku bangun kudapati masjid-masjid sudah mulai
iqomah (tanda sholat segera ditegakkan), maka aku bangkit seperti orang
gila, aku berwudhu, dan keluar serta mengendarai mobilku secepatnya. Aku
berpindah dari satu masjid ke satu masjid lainnya. Demi Allah, aku
menangis di dalam mobilku… Aku berkata, “Wahai Rabb-ku jangan haramkan
aku dari karunia-Mu, jangan haramkan aku dari dua hal (lepas dari
kemunafikan dan neraka).
Akhirnya aku berputar-putar di antara masjid ke masjid kemudian
kudapati masjidmu ini masih tenang (belum mulai sholat), maka aku masuk
ke dalamnya dalam keadaan gugup dan jantungku serasa sudah seperti
sampai ke tenggorokan… Bagaimana keadaan jamaah? Apakah mereka berdiri?
Tidak mungkin sujud? atau tidak mungkin ruku?… Saat itu, kudapati engkau
sedang membaca Alquran, tidak ada yang bisa kulakukan untuk Rabb-ku
selain bersujud di sisi sandal-sandal itu untuk Rabb-ku sebagai bentuk
kesyukuranku kepada-Nya. Allah tidak mengabaikan cita-citaku… Akhirnya
aku menyempurnakan 40 hari mendapati takbiratul ihrom bersama imam..
Sumber: www.ahlalhdeeth.com
Diterjemahkan oleh Ustadz Farid Fadhilah
Diterjemahkan oleh Ustadz Farid Fadhilah