🌍
BimbinganIslam.com
Senin, 25 Rajab 1437 H / 02 Mei 2016 M
👤
Ustadz Firanda Andirja, MA
📗
Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊
Hadits 06| Tanda-Tanda Orang Munāfik (Bagian 2)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TANDA-TANDA ORANG MUNĀFIQ
(BAGIAN 2)
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام
على رسول الله
Ikhwān dan Akhwāt, kita masih melanjutkan hadīts yang ke-6.
Pada pertemuan yang lalu
telah kita jelaskan tentang nifāq akbar atau disebut juga dengan nifāq
I'tiqadi, yaitu nifāq yang berkaitan dengan keyakinan dengan menyembunyikan
kekufuran dan menampakkan ke-Islaman.
Adapun bagian ke-2 yang akan bahas adalah:
▪Nifāq kecil/nifāq ashghar
Yaitu nifāq kecil (Nifāq al 'amali) yaitu nifāq yang berkaitan dengan amal.
Artinya, hatinya beriman hanya saja amalannya menyelesihi
batinnya, namun tidak berada pada derajat kekufuran.
Inilah yang disebutkan dalam hadīts yang sedang kita bahas,
nifāq 'amali.
آيَةُ اَلْمُنَافِقِ ثَلاثٌ: إِذَا حَدَّثَ
كَذَبَ، وإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ،
وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَان.
وَلَهُمَا
مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو: وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ.
وإِذَا احَدَّ غَدر
Tanda-tanda Munāfiq ada 3, yaitu:
① kalau berbicara berdusta
② kalau dia berjanji menyelisihi
③ kalau diberi amanah dia berkhianat.
Ada tambahan dalam riwayat yang lain:
④ kalau sudah melakukan kesepakatan dengan orang lain maka
dia menyelisihi (menkhianati) kesepakatan tersebut.
⑤ kalau dia bersengketa maka dia melakukan fujur yaitu keluar
dari jalan kebenaran.
Inilah 5 ciri nifāq al ashghar, nifāq 'amali.
Dan kalau kita perhatikan, 5 ciri tersebut seluruhnya
kembali kepada satu muara yaitu penyelisihan zhahir dengan batin, inilah yang
disebut dengan nifaq
'amali.
Semakin banyak sifat tersebut pada seseorang maka semakin
tinggi kualitas kemunāfikannya.
Pertanyaannya, apabila kita dapati 5 ciri tersebut ada pada
dirinya, apakah kita katakan dia telah Munāfiq dengan nifāq akbar?
Kalau ngomong selalu berdusta, kalau berjanji selalu
menyelisihi, kalau diberi amanah selalu berkhianat, kalau membuat kesepakatan
selalu menyelisihi dan kalau bersengketa selalu melakukan kefujuran.
Apabila 5 ciri tersebut ada pada dia, Apakah dikatakan dia
telah kāfir ?
Jawabannya: Tidak
Tetap dikatakan dia telah Munāfiq 'amali (nifaq kecil)
selama imannya ada dalam hatinya. Tetap dia melakukan nifāq kecil bukan Nifās
akbar.
Ikhwān dan Akhwāt yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
Perhatikan, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
mendatangan kalimat: "Idza" (kalau)
√ kalau dia berbicara dia berdusta
√ Kalau di janji menyelisihi
Ini menunjukkan sifat yang SELALU dia lakukan.
Maka apabila ada seorang mukmin yang TERKADANG berdusta maka
tidak dikatakan dia seorang munāfiq (Nifaq 'amali).
Karena seorang mukmin terjerumus dalam kemaksiatan,
√ Terkadang dia berdusta,
√ Terkadang menyelisihi janji,
√ Terkadang melakukan kefujuran,
√ Terkadang dia mengkhianati amanah.
Ini tidak dikatakan dia munāfiq dan tetap dikatakan dia
seorang mukmin nanum dia telah melakukan maksiat.
Berbeda dengan orang yang "selalu", inilah yang
disebut dengan orang munāfiq dengan nifāq 'amali.
Jadi, dibedakan antara seseorang mukmin yang bersalah dengan
seseorang yang munāfiq.
Kita bahas tentang 5 sifat tersebut.
Yang pertama | Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
bersabda:
إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
"Kalau dia berbicara dia berdusta."
Ini adalah kegiatan dia.
Kenapa dikatakan sifat munāfiq ?
⇒ Karena dia mengetahui bahwasanya apa yang dia
sampaikan itu dusta tetapi dia sampaikan juga dalam bentuk kebenaran (Jadi
zhahirnya menyelisihi batinnya).
Batinnya tahu itu dusta namun dia tetap menyampaikan secara
zhahir sekan-akan kebenaran. Inilah yang merupakan sifat munāfiq.
Adapun dusta yang tidak sengaja di lakukan, misalnya :
🔼
Seseorang menyampaikan kabar ternyata dia tidak tahu bahwa kabar tersebut dusta
(belum sampai informasi kepada dia, telah terjadi perubahan bahwa yang dia
sampaikan ternyata salah)
Maka orang ini tidak dikatakan mempunyai sifat munāfiq ,
kenapa?
Karena dustanya tidak disengaja.
Dan ini bisa terjadi pada seorang mukmin. Dia ditanya dengan
suatu pertanyaan kemudian dijawab dengan tanpa berfikir sebelumnya ternyata
jawabnya keliru.
🔼Misalnya
dia ditanya:
"Apakah engkau telah menyampaikan salamku
kepadanya?"
Kemudian dia langsung menjawab: "Sudah."
Dia lupa, ternyata belum, ternyata yang sudah disampaikan
adalah salamnya orang lain bukan salam orang tadi. Ini contoh dusta tidak
disengaja dan bukan sifat munāfiq.
🔹Sifat
munāfiq adalah penyelisihan antara zhahir dan batin (yaitu) sengaja berdusta.
Dia tahu itu dusta namun dia tetap menyampaikannya secara
zhahir dalam bentuk kebenaran.
Kita lanjutkan pembahasan sifat berikutnya pada pertemuan
selanjutnya, In syā Allāh.
وبالله
التوفيق
والسلام
عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________________
📦Donasi
Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004
📮Saran
Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan
dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com